Sekilas Tentang Asal Usul Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang berada di Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang. Letaknya adalah sekitar 15 km arah selatan
kota Magelang. Candi ini berada di dataran berbukit yang hampir
seluruhnya dikelilingi oleh gunung. Adapun gunung yang mengelilingi
candi ini antara lain Gunung Merbabu (sebelah timur), Gunung Merapi
(sebelah Barat laut), Gunung Sumbing (sebelah Selatan) dan Gunung
Sindoro (sebelah Utara).
Perkiraan Asal-Usul Didirikannya Borobudur
Hasil perkiraan para ahli sejawan menyebut bahwa Candi Borobudur
didirikan di sekitar tahun 800 Masehi. Perkiraan ini didasari oleh
penemuan adanya suatu tulisan singkat yang dipahatkan pada pigura asli
relief kaki candi (Karwa Wibhangga). Tulisan ini menggunakan huruf
pallawa yang diidentifikasi merupakan huruf yang digunakan di abad ke 8
Masehi. Perkiraan ini semakin kuat dengan ditemukannya kecocokan bukti
yang terkait dengan kerangka sejarah Indonesia secara umum.
Abad ke 8 Masehi memang diketahui merupakan abad kejayaan Wangsa
Syailendra yang merupakan Wangsa kerajaan Budha. Banyak ditemukan
candi-candi kecil yang ditemukan di kaki dan lereng gunung yang
mengitari Candi Borobudur yang diidentifikasi merupakan peninggalan
wangsa Syailendra yang merupakan wangsa penganut agama Budha Mahayana.
Nah, berdasar bukti-bukti tersebut, ditariklah kesimpulan bahwa asal usul Candi Borobudur adalah dibangun oleh Wangsa Syailendra pada Abad ke 800 masehi.
Tahap Pembangunan Borobudur
Dari bukti sejarah yang berupa identifikasi serat dan corak batuan yang
digunakan dalam pembangunan Candi Borobudur, serta beberapa prasasti
pada sekitar abad pembangunannya, di perkirakan bahwa asal usul Candi Borobudur dibangun oleh Wangsa Syailendra dalam waktu 50 tahun. Pembangunan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan yang antara lain:
Tahap Pertama; Pembangunan tata susun bertingkat dengan rancangan
membentuk piramida berundak. Akan tetapi analisis karbon menunjukan jika
susunan tersebut kemudian di bongkar untuk disusun ulang, mungkin
karena kesalahan rancangan sehingga tahap ini belum bisa dikatakan asal usul Candi Borobudur.
Tahap kedua; Pada tahap kedua, pondasi Candi Borobudur diperlebar.
Pondasi ini ditambah dengan dua buah undak persegi dan satu buah undak
lingkaran. Undak ini kemudian langsung diberi stupa induk besar.
Tahap ketiga; Undak di atas lingkaran yang dilengkapi dengan stupa
induk besar hasil pekerjaan tahap kedua dibongkar dan digantikan dengan
tiga buah undak lingkaran. Beberapa stupa dipasang pada puncak
undak-undak ini, di mana salah satunya merupakan stupa dengan ukuran
besar (di bagian tengah).
Tahap keempat; Diperkirakan ada perubahan kecil berupa pembuatan
relief, penambahan tangga, dan penggunaan lengkung di atas pintu masuk.
Asal-Usul Penemuan Candi Borobudur
Setelah Candi Borobudur selesai dibangun, beberapa prasasti menyebut
jika Candi ini kemudian digunakan oleh orang-orang agama Budha masa itu
sebagai tempat ibadah dan ziarah. Penggunaan candi ini hanya berlangsung
dalam waktu singkat, yakni sekitar 150 tahun. Singkatnya penggunaan
candi ini memang tak sesuai dengan lama proses pembangunannya. Hal ini
diketahui dapat terjadi karena adanya migrasi besar-besaran orang-orang
Budha di sekitar Candi karena keruntuhan Wangsa Syailendra. Mereka
terdesak oleh keberadaan orang-orang hindu yang secara kuantitas memang
lebih banyak.
Dengan semakin sedikitnya para penganut Budha di sekitar wilayah
tersebut (Magelang saat ini), Candi Borobudur kemudian tidak digunakan
lagi. Ia tidak terawat dan sebagian dirusak oleh orang-orang yang belum
berpikir pentingnya peninggalan sejarah itu di masa depan. Karena tak
lagi terurus, Borobudur pun kemudian semakin rusak oleh alam. Waktu
terbengkalainya yang cukup lama membuat Candi megah ini ditumbuhi
pepohonan besar, tertimbun oleh abu letusan gunung yang ada di
sekitarnya, dan tertutup hilang terpendam di dalam tanah.
Penemuan Kembali Candi Borobudur
Borobudur tertimbun tanah. Siapapun orang-orang di sana tak pernah tahu
jika dibawah kaki mereka ada sebuah Candi besar peninggalan kebudayaan
nenek moyang terdahulu. Namun keadaan berubah setelah sekitar tahun 1814
Masehi, Sir Thomas Stamford Rafless menemukan puing-puing batuan
berusia tua dalam jumlah banyak di sekitar wilayah tersebut.
Sir Thomas Stamford Rafles adalah Gubernur Jendral Inggris yang memimpin
Indonesia pada masa peralihan penjajahan dari Belanda ke Inggris tahun
1811 M –1816 M. Ia dianggap sebagai orang pertama yang menguak asal usul Candi Borobudur yang awalnya tertimbun tanah.
Ia memerintahkan anak buahnya untuk membongkar tanah di sekitar
tempatnya menemukan batu-batuan tua itu. Dan benar saja, sebuah tumpukan
batu-batu besar menjulang membentuk sebuah piramida raksasa. Rafless
kemudian memerintahkan anak buahnya itu untuk meneruskan pekerjaannya,
akan tetapi karena kesibukan perang pekerjaan ini akhirnya terbengkalai.
Pada tahun 1835 Masehi, Hartman, Gubernur Jendral Belanda melanjutkan
proses pengangkatan Candi Borobudur yang ditinggalkan oleh Rafless
selepas Inggris mengalami kekalahan perang dalam memperbutkan daerah
jajahannya yaitu Indonesia. Hartman mengerahkan banyak pekerja untuk
membongkar dan menghilangkan semua penghalan yang menutupi tumpukan
batu-batu ini. Ia memang sangat tertarik pada candi yang ditemukannya
tersebut dan mengusahakan pembersihan menyeluruh dari puing-pung yang
mengotori candi ini.
Pemugaran Candi Borobudur yang Pertama Kali
Kendati sudah dibersihkan dari segala macam puing, tanah, dan kayu-kayu
besar yang menutupinya. Candi Borobudur belumlah berbentuk secara
sempurna. Banyak bagian yang gompel, hilang, dan rusak karena ditelan
zaman. Menyadari hal ini, pada tahun 1907-1911 Masehi, di bawah
pimpinan Van Erf, Belanda mulai melakukan pemugaran terhadap candi yang
memang terlihat belum sempurna. Pemugaran ini masih dilakukan dengan
teknologi konvensional, sehingga reliefnya belum juga terbentuk seperti
aslinya. Pemugaran Candi Borobudur ini hanya dilakukan sebatas untuk
menghindari kerusakan-kerusakan lebih lanjut dengan memindahkan
batuan-batuan yang rentan runtuh dari asal usul Candi Borobudur
yang awalnya tak terurus. Kendati demikian, Erf sudah berjasa bagi
Bangsa Indonesia karena ia telah menyelamatkan peninggalan nenek moyang
bangsa Indonesia itu dari kerusakan yang lebih parah.
Pemugaran Candi Borobudur Tahap Berikutnya
Disibukan oleh kekacauan politik, militer, ekonomi sejak berlangsungnya
perang dunia pertama, beberapa pemerintah yang sempat berkuasa di
Indonesia mulai dari pemerintah Jajahan Belanda, Pemerintah Jajahan
Jepang, dan Pemerintah Republik Indonesia menjadi tak lagi peduli dengan
peninggalan sejarah yang memiliki nilai histori ini. Candi Borobudur
dibiarkan begitu saja tanpa perawatan, terbengkalai, dan tak
dipedulikan
Seiring berjalannya waktu, saat kondisi negara mulai membaik, pada
tanggal 10 Agustus 1973 pemugaran lanjut kemudian dilakukan di masa
kepemimpinan Presiden Soeharto. Bukti pemugaran ini berupa prasasti
seberat 20 ton yang sengaja dibuat dan diletakan di sebelah Barat Laut
Candi menghadap ke Timur. Uniknya, pemugaran Candi Borobudur yang berada
di bawah pimpinan Dr. Soekmono ini dilakukan oleh sekitar 600 pekerja
yang kebanyakan di antaranya merupakan tenaga-tenaga muda lulusan SMA
dan STM bangunan yang sebelumnya sudah diberikan pendidikan dan
keterampilan khususnya tentang bidang Chemika Arkeologi (CA) dan
Teknologi Arkeologi (TA). Mereka adalah asli putra dan putri bangsa
Indonesia sendiri, tak ada satu pun di antaranya tenaga ahli dari luar
negeri.
Beberapa bagian yang dipugar dari Candi Borobudur pada masa itu antara
lain Rapadhatu (tempat tingkat di bagian bawah yang berbentuk persegi),
kaki candi, Teras 1, Teras 2, Teras 3, dan Stupa Induk. Dengan banyaknya
bagian yang dipugar ini, waktu yang dibutuhkan untuk proses
pengerjaannya adalah sekitar 10 tahun. Ya, pemugaran selesai dilakukan
pada 23 Februari 1983.
Candi Borobudur Saat Ini
Candi Borobudur saat ini setiap tahunnya dikunjungi oleh lebih dari 3,5
juta wisatawan baik lokal maupun mancanegara (Data Tahun 2013). Perihal asal usul Candi Borobudur,
di salah satu bagian candi juga dijelaskan secara singkat. Anda bisa
menikmati keindahan yang tersaji dari bangunan bersejarah tersebut, di
mana gunung-gunung yang mengitari bangunan peninggalan Dinasti
Syailendra ini tentu membuat pengalaman tersendiri. Tunggu apa lagi,
segeralah beranjak untuk pergi ke Magelang, buktikan kebenaran asal usul Candi Borobudur yang Anda peroleh dari artikel ini. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar